Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Gaji dan Kualitas Kerja

Baru gajian habis
Ini awal bulan kawan.., 
Hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh para pencari nafkah. Memang tidak semua pencari nafkah harus menunggu datangnya tanggal 1 (satu) untuk mendapatkan upah dari pekerjaannya, namun tidak sedikit jumlah pekerja yang hidupnya sangat bergantung dengan kehadiran tanggal cantik ini dari bulan ke bulan. Sebut saja saudara-saudara kita yang sehari-hari menghabiskan hidupnya sebagai karyawan swasta ataupun karyawan negeri (baca: PNS), kehidupan di awal bulan adalah momen-momen yang indah yang sangat dirindukan.

Ayo.. sudah diperiksa belum rekeningnya? Ada gak uangnya?
Ada hal unik yang sering saya temukan dalam komunitas tanggal cantik ini, dimana kebahagiaan gajiaan itu tak berlangsung lama. Hal ini dikarenakan banyaknya angka-angka minus di slip gaji bulanan. Walhasil jumlah yang semula cukup untuk membuat sebuah garis senyum merekah, berangsur memudar dan bikin rekan-rekan mengelus dada saat mata tertuju pada hasil akhir; netto yang rasa-rasanya takkan cukup menghidupi diri sampai datangnya tanggal cantik berikutnya.

Hmm.. sudah menjadi rahasia umum bahwa kehidupan karyawan swasta dan karyawan negeri ini tidak jauh-jauh dari yang namanya pinjaman dan hutang. Adagium yang sering berkumandang adalah; "Jika tak ngutang, ya tak punya". Statement singkat ini tampaknya sudah melekat kuat di benak komunitas tanggal cantik ini. Mau punya rumah? ya.. hutang dulu. Mau beli kendaraan? ya.. pinjam dulu. Ops.. tunggu dulu tidak semua yang seperti itu!! Benar, tapi mayoritas ya begini.. :)

Model hidup yang seperti ini tampaknya sudah dianggap sebagai suatu kewajaran  dan keniscayaan. Ingat, hurufnya kita bikin Bold, Italic, dan Underline, sebagai bentuk pernyataan bahwa ini benar-benar sudah dianggap kewajaran dan benar-benar suatu keniscayaan. Simpel! semuanya jadi hidup dari lobang ke lobang. Benar bukan? 

Rumus Sederhana Salman Al-Farisi

Salman Al Farisi punya rumus 1-1-1. Bermodalkan uang 1 dirham, ia membuat anyaman dan dijualnya 3 dirham. 1 dirham ia gunakan untuk keperluan keluarganya, 1 dirham ia sedekahkan, dan 1 dirham ia gunakan kembali sebagai modal. Sepertinya sederhana, namun dengan cara itu sahabat ini bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dan bisa sedekah setiap hari. Penting dicatat, sedekah setiap hari.

Salman Al Farisi memberikan petunjuk kepada kita cara dasar mengelola keuangan. Simpelnya begini, bagilah penghasilan kita menjadi tiga bagian; satu untuk keperluan konsumtif, satu untuk modal dan satu untuk sedekah. Pembagian ini tidak harus sama persis seperti yang dilakukan Salman Al Farisi.

Nasihat Imam As-Syafi'i

Ada sebuah riwayat yang menceritakan bahwa ada seorang laki-laki datang menghadap Imam As-Syafi'i untuk mengeluhkan kehidupannya yang sempit. Penghasilannya serba tidak mencukupi padahal setiap bulannya memperoleh penghasilan  sejumlah 5 dinar. Untuk diketahui bersama 1 dinar sama dengan 4,2 gram emas, kalau harga emas Rp 500.000/gram, 1 dinar setara Rp 2.100.000,-, berarti gaji yang diperoleh per bulan adalah + Rp 10.500.000,-.

Diapun minta pendapat dan nasihat dari sang Imam, namun tidak ada nasihat apapun dari Imam As-Syafi'i selain menganjurkan orang itu pergi menemui majikannya dan minta pada sang majikan agar mengurangi gajinya sebanyak 1 dinar, sehingga gajinya menjadi 4 dinar saja. Diceritakan dia pun melaksanakan apa yang dianjurkan Imam Syafi'i tersebut. Beberapa waktu berlalu, lelaki tadi datang kembali menghadap Imam Syafi'i dan mengeluhkan hal yang sama. Jawaban Imam Syafi'i pun sama, beliau malah menganjurkan orang itu kembali mendatangi majikannya dan minta agar gajinya dikurangi 1 dinar lagi, sehingga dia hanya akan digaji sejumlah 3 dinar per bulannya. 

Tanpa banyak bertanya orang itu lagi-lagi menuruti anjuran Imam Syafi'i. Lantas apa yang terjadi?Beberapa bulan berikutnya dia kembali datang kepada imam syafi'i dengan membawa berbagai bingkisan. Dengan wajah berseri-seri dia menyatakan bahwa sejak gajinya hanya 3 dinar, dia malah sangat merasa kecukupan, semua kebutuhannya terpenuhi dan dia betul-betul berterima kasih atas nasihat Sang Imam. Tiba-tiba Imam Syafi'i melantunkan sebait nasyid:
جمع الحرام على الحلال ليكثره ، دخل الحرام على الحلال فبعثره
Mengumpulkan yang haram pada yang halal agar supaya menjadi banyak, akan tetapi menyatunya yang haram pada yang halal itu malah akan merusak semuanya.
Nah,  Sudahkah kita meningkatkan kualitas kerja? Atau jangan-jangan selama ini nilai kinerja kita tidak sebanding dengan gaji yang kita peroleh tiap bulannya, sehingga keberkahannya menjadi berkurang. Apakah kita sudah merancang dan mengelola keuangan kita dengan bijak? Atau jangan-jangan malah lebih suka hura-hura dan menghambur-hamburkannya tanpa landasan yang kuat. Hmm.. To say is easy, to do needs bravery! 

6 comments for "Gaji dan Kualitas Kerja"

  1. nice post... membuka pikiran saya. jazaakallaahu ahsanal jazaa

    ReplyDelete
  2. pagi ini saya membaca artikel diatas, begitu menyentuh dan membuka fikiran saya.

    ReplyDelete
  3. oke banget mas,. trimakasih lhoo..
    artikelnya mendalam, ada hadist nya pula...Allah lebih ridho bagi mereka yang mencari nafkah dengan cara yang halal

    ReplyDelete